Rasa Menjadi Warga PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) Tingkat 1

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) setahu saya waktu kecil dulu adalah sebuah perkumpulan pencak silat yang mengolah dan mengoptimalkan fisik saja. Kemudian saya lihat beberapa warga PSHT di desa saya saat itu masih belum sebanyak saat ini. Saat saya berada di beberapa tempat yang berbeda tetap saja saja pasti bertemu dengan warga PSHT yang saya tahu karena mengenakan kaos yang ada logo PSHT yang identik dengan waru bersinarnya. Memang terbesit keinginan untuk menjadi warga PSHT, namun karena waktu dan kesempatan serta niat dan tekad yang belum ada jadi tertunda terus untuk mengikuti latihan sampai tuntas.

Dan setahu saya waktu itu latihan pencak silat PSHT yang berpusat di Madiun Jawa Timur itu memang sangat berat dan lama serta perlu waktu bertahun-tahun, dan saya pun baru dapat mengikuti latihan PSHT dengan serius sampai berhasil menyelesaikan latihan PSHT sehingga dapat disyahkan menjadi warga PSHT di tahun 2014 yang lalu. Tempat latihan saya dari tempat tinggal saya kurang lebih berjarak 20 km karena kebetulan ada teman saya yang mengajak latihan di sana. Dan hampir setiap malam bahkan seringkali dini hari seusai latihan saya harus pulang sendirian melewati jalan sepi dan gelap. Dan alhamdulillah akhirnya sampai juga di malam pengesahan yang didambakan oleh seluruh siswa yang dengan segala sekuat tenaga dikerahkan selama latihan, berikut ini KTA yang saya dapatkan setelah disyahkan penjadi warga PSHT tingkat 1 yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PSHT Pusat Madiun saat itu, Kang Mas H. Tarmadji Boedi Harsono, SE.
Kartu Tanda Warga PSHT Tingkat 1
Adapun falsafah PSHT dapat dibaca pada KTA (Kartu Tanda Anggota) sedang di PSHT disebut KTW (Kartu Tanda Warga)  bahwasannya "Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih Setia pada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri".

Kembali ke tema lagi, yaitu apa sih rasanya menjadi warga PSHT itu? Oke sebelum saya menguraikannya, sedikit saya ulas bagaimana beratnya latihan di PSHT namun jika diniatkan dengan ikhlas insya Allah semua itu akan mampu dilewati oleh siswa hingga dapat mengikuti pengesahan warga PSHT.

Yang pertama, rasanya fisik cenderung prima karena saat latihan PSHT, secara pribadi fisik saya dipaksa harus melewati batas-batas kemampuan di mana yang harusnya ketika tidak dalam suasana latihan mungkin saya sudah harus beristirahat, namun berbeda saat latihan jika tidak mengalami sakit, maka gerak fisik terus dilakukan bersama siswa lain, mungkin karena saat itu secara mental saya harus kuat dalam melewati malam panjang yang harus dilalui dengan berat. Contohnya: Ketika harus melakukan olah fisik mulai dari senam, push up, sit up, lari di tempat, loncat tinggi dan berbagai gerakan olahraga lain yang bisa berlangsung 1 jam lebih non stop tentu rasa sangat haus dan dahaga harus ditahan karena tidak mungkin saya minum sendiri, karena di sela-sela latihan nanti aka ada sesi istirahat yang di dalamnya nanti ada minum secara bersama-sama sekaligus makan juga secara bersama-sama dengan nasi dan lauk yang dibawa masing-masing siswa dijadikan satu lalu makanlah bersama siswa lainnya.

Rasa menjadi warga PSHT yang kedua, menurut saya pribadi adalah tidak menganggap sepele orang lain, karena semua orang pada dasarnya sama dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya pernah mengalami sambung persaudaraan saat tes warga, hampir pingsan rasanya itu, ketika kaki lawan berhasil masuk menendang perut saya yang sedang kosong dan kebetulan juga kesehatan saya saat itu sedang tidak fit akibat kelelahan dalam pekerjaan.Selain itu juga dalam hati kecil saya sudah terbesit anggapan menyepelekan kemampuan siswa lainnya dan ternyata dia jauh lebih hebat daripada saya. Tentu ini menjadi pelajaran berharga bagi saya di sepanjang hidup saya.

Yang ketiga, mental tidak gampang putus asa tertanam kuat semenjak mengikuti latihan PSHT yang telah berhasil mendidik saya untuk menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh apalagi menyerah.

Selanjutnya, yang keempat, yang saya rasakan sejak disyahkan menjadi warga PSHT adalah cara berfikir yang lebih realistis dan logis namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Contohnya, ketika saya jatuh, maka saya merasakan sakit itu wajar, dan ketika sakit berangsur menghilang dan atau sembuh dari sakit itu semata karena karunia Allah SWT.

Kemudian yang kelima, mudahnya menemukan Saudara sesama warga PSHT yang tentu sangat memberikan kemudahan saat kita mengalami kesulitan, misalnya saat berkendara jauh dan kendaraan kita rusak di jalan, maka Saudara PSHT walaupun kita baru kenal di saat ini, insya Allah bantuan dalam bentuk apapun akan diberikan kepada kita, selain di kota-kota, warga PSHT juga mudah ditemukan hampir di manapun dan kapan pun saya berada, karena memang saat ini PSHT telah tersebar di penjuru nusantara tak terkecuali daerah-daerah pelosok. Selain itu, masih ada beberapa rasa positif dan baik yang tidak mungkin dapat saya uraikan semuanya di sini.

Bagi adhik-adhikku siswa PSHT di manapun Anda berada dan mengikuti latihan. Ayo terus semangat dan rajin dalam mengikuti latihan, ikuti instruksi Mas-mas dan Mbak-mbak Pelatihmu, jangan pernah takabur, tetap sabar dalam mengikuti latihan karena bukan hanya fisik yang ditempat, tapi juga mental dan spiritual adhik-adhik dimantapkan di sana. Semakin hormati orang tua dan jaga sopan santun dengan siapapun dan di manapun Anda berada. Semoga berhasil sampai pengesahan warga PSHT yang mampu menjadi pribadi yang berbudi luhur, tahu benar dan salah serta dapat MEMAYU HAYUNING BAWANA. Amin. Kemudian untuk dulur-dulur kadang PSHT di manapun Anda berada, Salam Persaudaraan. Semoga PSHT semakin jaya.

0 Response to "Rasa Menjadi Warga PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) Tingkat 1"

Posting Komentar